Perjalanan Bimba I Can Read Melewati Masa Sulit Pandemi Covid 19

    Perjalanan Bimba I Can Read Melewati Masa Sulit Pandemi Covid 19

    BANDAR LAMPUNG - Pandemi Covid 19 memang menekan semua sektor tidak lepas sektor pendidikan informal seperti bimbingan belajar juga mengalami tekanan yang berat, banyak bimbingan belajar yang memutuskan tutup di awal pandemi kemudian tidak bangkit lagi.

    Hal serupa juga di alami Bimba I Can Read yang beralamat di jalan Pulau Pisang 99D, Korpri Bandar Lampung yang di pimpin oleh Dewi Rosaria, SE., Msi., Ak., CA., CPA. Bimba yang berdiri 12 Februari 2019 yang berjalan beberapa bulan sudah memiliki 32 murid tiba-tiba dihantam badai covid 19 dimana semua usaha di himbau untuk tutup di sektor pendidikan, dari jumlah murid 32 orang dikarena orang tua khawatir maka semua memilih untuk off dan hanya tinggal 5 murid, 3 dari luar dan 2 anak pemilik sendiri.

    " Awal berdiri kami cukup senang karena tujuan awal Bimba ini di dirikan, saya dan suami untuk tempat 3 putri kami belajar yang memang kami putuskan untuk mengambil jalur home schooling bagi mereka, akan tetapi masukan dari suami coba buka juga untuk umum karena kita memiliki 4 kelas" tutur Dewi yang juga berprofesi sabagai dosen dan Akuntan ini.

    " Kami mulai merekrut Guru-Guru dikarenakan dekat dengan Kampus UIN Raden Inten Lampung maka kami mencari Guru-Guru Lulusan sarjana pendidikan dan kami didik ulang sesuai dengan misi tempat kami " tambahnya.

    Bimba I Can Read menawarkan program Membaca, Berhitung, Menulis, Bahasa Ingris dan berhitung cepat prisma kalkulator tangan, saat ini jumlah murid  aktif 45 orang dengan bermacam level dari mulai pra TK hingga SMP. Selama Pandemi Bimba I Can Read menerapkan protokol yang sangat ketat, satu kelas satu jadwal satu murid dilayani satu guru, maksimal 2 murid, sehingga mengatur jadwal sangat erat dengan dukungan orang tua murid juga.

    Dewi memiliki Trik dan tips lepas dari tekanan pandemi, " Ketika murid kami berkurang drastis, kami tetap buka walaupun hanya melayani 5 murid saja dalam satu minggu selama 3 bulan, kadang satu hari berlajar selesai sisa harinya kosong, waktu yang kosong kami manfaatkan untuk membuat modul-modul dan bahan ajar, mencari referensi lebih banyak" kenangnya.

    " setelah 3 bulan orang tua mulai kesulitan dan kembali mencari tempat belajar luar rumah bagi anak-anak mereka sebagian besar murid kami kembali masuk dan ditambah murid-murid yang baru, jika pada saat itu kami putuskan tutup, maka kami yakin akan sulit untuk membangun lagi seperti bimbingan belajar yang lain, walaupun saat itu pemasukan tidak mencukupi untuk membiayai seluruh biaya operasional maupun gaji guru. Saat ini kami memiliki 4 guru tetap dan 2 guru bantu " ungkap Dewi.

    Untuk kurikulum Bimba I Can Read untuk bahasa inggris mengacu kepada kurikulum yang dipakai di singapura untuk materi non inggris melakukan kombinasi sendiri . " Setiap kurikulum sebelum kami implementasikan ke anak murid di bimba kami uji cobakan dahulu kepada 3 anak kami yang kebetulan berumur 9 tahun , 8 tahun dan 5 tahun jika hasil dan metode dirasa pas baru kami ajarkan kepada guru-guru di bimba untuk diterapkan kepada murid-murid" Sambung Dewi.

    Informasi terkait bimba I Can Read bisa dilihat di https://canread.web.app/ atau instagram @bimbaicanread.

    Bimba Bimbel
    ismed

    ismed

    Artikel Sebelumnya

    Bina UMKM Indonesia Bergerak Dampingi UMKM...

    Artikel Berikutnya

    Bupati Lampura Sambut Kunker Gubernur Lampung...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Napak Tilas Sejarah: Potret Keseruan Ibu-Ibu Mencari Kutu di Yogyakarta Tahun 1920
    Jurika Fratiwi Ajak Presiden Percepat capaian Kesetaraan Gender Wujud Komitmen Bersama PBB
    Hendri Kampai: Selamat Hari Ibu, Harga Barang Naik Sudah Menunggu di Tahun Baru
    Hendri Kampai: PPN Naik, PPh Dibiarkan, Beban Rakyat Kecil Bertambah, yang Kaya Tetap Nyaman
    21 Desa di Kecamatan Tanjung Raya Alami Kemajuan Signifikan: Fokus pada Infrastruktur dan Pemberdayaan Pemuda

    Ikuti Kami